*JADILAH WARNA DI SETIAP KEHIDUPAN ORANG YANG KAMU CINTA*[FIKRY]

Minggu, 18 Agustus 2013

Matahari 17 Agustus

Adventure : Pendakian Merbabu, Saat Pesaudaraaan Terbit..

Sahabat yang tak terlupakan

-Taufik Widodo

-Muhammad Fikri

-Mufid Efendi 

 

Dan tiba-tiba kami saling menyapa, saat awal kami bertemu.
Dan kemudian kami saling mengakrabi, bahkan saat kami belum saling mengenal nama.
Dan  selanjutnya....saat kami berpisah....maka sesuatu hal terbit...kami menjadi insan-insan bersaudara.
 
cinta tanah pertiwi
 saat itu pagi masih muda,
sinar mentari mulai menembus pepohonan memanjang seperti selendang keemasan, jam tangan menunjukkan 4:50 WIB, kami berhenti sementara di antara Sabana II dan kami gunakan  untuk bersujud berjamaah ke Maha Pencipta Keindahan, memang pagi itu cerah, kami gunakan embun-embun menggantung di dedaunan yang tampak seperti berlian jatuh dari langit sebagai pembasuh wudhu.

 Selesai sholat kami melanjutkan perjalanan,rasa capek dan dingin menyelimuti kami, tapi itu semua dijadikan tantangan dalan setiap langkah kami. karena semangat dan tekad kami sangat kuat untuk menyongsong "MATAHARI 17 AGUSTUS" Tepat jam 6:00 WIB akhirnya puncak Merbabu kami daki. Ucap syukur membasahi mulut kami. Gunung ini memang salah satu yang tercantik di Pulau Jawa. Selain mempunyai padang rumput yang sangat luas, bila dari puncak akan terlihat puncak-puncak kecil seperti bukit-bukit mengiringi perjalanan kami. Semacam raksasa penjaga puncak. Ditambah panorama puncak “kekasih Merbabu”, Merapi yang pasti akan membuat para pendaki akan tahan berlama-lama dan rindu bila tidak menjumpainya lagi.  

 Setelah itu kami mengabadikan dalam kamera agar tidak mata kami saja yang menjadi saksi keindahannya,
tepat jam 10:00 kami memutuskan untuk turun. Angin lembah efek dari perbedaan suhu dan tekanan menghantam sejuk di muka kami. Semilir angin membuat alang-alang berkelebat. Cukup cepat saat kami turun, hanya butuh waktu tiga jam. Tapi kami semua sepakat untuk ngecamp di pos I selama 1 malam, mungkinkami tidak akan melupakan pengalaman kesananya. Mungkin karena panoramanya, juga kawan-kawannya. Di Merbabu kami mendaki sekaligus menemukan saudara baru.

 kurang lebih 1 jam perjalanan dari kota Boyolali ke Kecamatan Selo.  Kecamatan ini berada di ketinggian kurang lebih 1.600 mDpl. Kawasan Selo termasuk kawasan wisata yang memang memiliki pemandangan yang cukup indah, karena diapit oleh dua gunung yang cukup dikenal di Pulau Jawa. Merapi dan Merbabu..

 Dari kecamatan Selo kami bergerak menuju basecamp pendakian merbabu yang konon  gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Desa-desa kami lalui, tampak asri dan alami apalagi ditambah pesona jalanan yang berkelak-kelok dengan view yang menghijau. kampung Tuk Pakis namanya, masuk Desa Jarakan. Kampung ini  merupakan Kampung terakhir untuk mencapai puncak Gunung Merbabu. Untuk tiba di kampung ini perjalanan melewati jalanan berbatu melalui Kampung Jarakan (± 1.580 m dpl) dan kampung Selo Tengah sekitar 1 jam perjalanan dari Pos Polisi yang ada di pusat wilayah Selo. 30 menit kami sampai.jalur Selo adalah salah satu jalur dari dua jalur yang direkomendasikan. Satunya lagi adalah jalur Kopeng Magelang.


Dusun Tuk Pakis terletak pada ketinggian 1.800 m.dpl, merupakan perkampungan kecil. Mata pencaharian sebagian besar penduduk dusun ini dengan bertani sayur-sayuran. Untuk dicatat,  PERSEDIAAN AIR SEBELUM MENDAKI SEBAIKNYA MENGAMBIL DI KAMPUNG INI KARENA SUMBER AIR TIDAK KITA TEMUI LAGI SEPANJANG PENDAKIAN KE PUNCAK GUNUNG MERBABU.
hingga pos II ditemani hutan-hutan montane yang kebanyakan didominasi jenis pinus. Kuran lebih membutuhkan waktu 90 menit. Tidak terlalu melelahkan karena selain belum mencapai jalan pendakian curam, kami isi juga perjalanan kami dengan canda khas sok akrab. Pos yang berupa sebidang tanah ini berada pada ketinggian ± 2190 m
Dari pos I kami melanjutkan perjalanan ke pos II. Pos Pandean Namanya. Kurang lebih kami harus mendaki setinggi 230 m untuk mencapainya. Hampir sama, 90 menit kami habiskan untuk menyusurinya. Tampak monyet bergantungan menemani perjalanan kami. Sebenarnya saya ingin sekali mengambil gambar monyet-monyet itu, tapi sayang mereka terlalu gesit untuk diambil. Tampak juga beberapa jenis ekor burung habitat asli Gunung Merbabu. Pada ketinggian ± 2420 mdpl di punggung merbabu jenis hutan mulai tampak berbeda, ada sedikit peralihan jenis, namun fauna-faunanya masih banyak ditemukan.
Perjanan kami lanjut. Arloji menunjukan pukul 15.30 WIB. Udara dingin mulai menusuk tulang-tulang ditambah matahari yang sudah mulai menurunkan panasnya. Satu jam kami berjalan hingga akhirnya sampai di pos III. Watu tulis namanya. Tidak ada yang tahu dari kami mengapa namanya watu tulis. Mungkin karena banyak batus besar dan coretan-coretan di batu ini. Disini edelwies mulai tumbuh kembang dan tumbuhan tipe alang-alang juga sejenis arbei gunung sudah bisa dideteksi. Dari pos dengan ketinggian ± 2590 mdpl pemandangan gunung merapi mulai memanjakan mata kita.45 menit perjalanan dari pos III, kami memutuskan beristirahat sementara di Sabana I. Selain karena lelah perjalanan, sangat rugi juga kalau tidak menyempatkan untuk melihat cakrawala yang mulai terendam di ufuk barat dari lokasi ini. Pos sabana I memiliki ketinggian ± 2770 m. Udara dingin benar-benar sudah terasa di ketinggian ini, beberapa dari kami sudah menggunakan jaket sebagai penghangat. Tidak lama kami lanjutkan ke pos sabana II. Jalanan mulai terlihat lebih menanjak. Hingga 60 derajat. Beberapa dari kami bahkan sering terpeleset karena kelelahan. Tapi akhirnya sampai juga di pos sabana II. Sebenarnya perjalanan cukup mengasikkan karena disepanjang jalan kami ditemani dengan edelwies. Dari Pos Sabana I hingga Pos Sabana II sebenarnya bisa cepat, namun karena sudah sore kami putuskan untuk berhenti. Di Pos Sabana I kami beristirahat untuk “menginap” dan melanjutkan perjalanan besok paginya. 

Jam 4:00 udara sedingin es. Kami terbangun. Beberapa pendaki tampak sudah merapikan tenda-tenda untuk melanjutkan perjalan. Dari Pos Sabana I kami melanjutkan perjalanan ke Sabana II
Pos Sabana II berada pada ketinggian ±2860 mdpl. Ada sebuah bukit dengan kecuraman hampir 70o untuk menuju ke Pos sabana II. Pos sabana II akan memberikan keindahan yang sangat luar biasa. Bukit-bukit terlihat semacam pasukan pasukan yang tegap menjaga puncak. Dan tentu disini sangat cocok utuk ajang lokasi “pameran” foto.
Sebenarnya jarak dari Pos Sabana I ke Pos Sabana II cukup dekat, namun karena ada pemisah bukit dengan tanjakan yang sangat ekstrim, jadinya kami membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk melewatinya.Dari Pos Sabana II perjalanan kami lanjutkan, kami tidak begitu lelah karena disuguhkan pemandangan yang sangat indah dan kami tahu sebentar lagi akan sampai puncak. Tidak sampai setengah jam kami melewati Jemblongan, banyak juga pendaki yang meyebut ini Pos Sabana III. Ternyata di Pos ini juga banyak pendaki yang beristirahat untuk mendirikan tenda. Memang, saya sediri mengakui banyak lokasi Merbabu yang cocok dijadikan lokasi berkemah, banyak lokasi yang datar sehingga memudahkan pendaki untuk beristirahat dan bermalam. Selain itu topografi yang berbukit-bukit menjadikan lokasi-lokasi berkemah lebih aman dari terjangan angin, baik angin gunung maupun angin lembah..


   
Aku dan Taufik Widodo






Dari sinilah kita bisa mengerti arti persahabatan.
The End.







Tidak ada komentar: